Selasa, 23 Juni 2009

Perjalanan Juralistik


Menjemput Anak Bangsa di Tengah Rimba (1)

Dusun Tupang Bolotok Diresmikan

Laporan Iswanto. JA - Mentawai

Dusun Tupang Bolotok merupakan kampung baru bagi kehidupan orag Mentawai yang tinggal di pedalaman. Awalnya mereka tinggal di Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat Daya, namun karena tidak ada kehidupan ekonomi yang sesuai dengan kebiasaan suku Bolotok, akhirnya pindah membuat rumah di sepanjang tepian sungai.

Perpindahan orang Pedalaman Mentawai disebabkan faktor ekonomi yang tidak memadahi bagi kehdupan mereka. Kebiasaan orang pedalaman di Mentawai berladang dengan menanam ubi, keladi, pisang. Sedagkan tanaman sagu yang tumbuh dihutan mereka itu juga menjadi kebutuhan pokok harian. Di samping itu, rang pedalaman Mentawai juga memelihara peternakan, seperti ayam dan babi.

Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet menceritakan, ketika orang pedalaman Mentawai tinggal di desa dan berbaur dengan orang modern seperti saat ini, kehidupan ekonomi mereka justru menurun. Sebab di desa dengan kehidupan modern tidak ada sumber makanan yang banyak. Semua makanan harus dibeli dengan uang dan harga yang tinggi.

"Mereka itu bukan benci atau alergi dengan orang modern, tapi karena di desa tidak ada kehidupan ekonomi yan mapan. Akhirnya mereka memilih untuk pindah jauh ke dalam hutan," jelas Yudas setlah berdialog dengan orang pedalaman untuk mengetahui proses perpindahannya.

Secara geografis, Dusun Bolotok letak jauh dari Desa Simatalu. Sekitar 20 Kilometer dengan jarak tempuh menyusuri sungai lima jam karena kondisi air sungai keruh akibat kemarau yang berkanjangan. Mungkin jika kondisi air sungai normal dengan ketinggian lima meter dari dasar sungai, perjalanan bisa ditempuh dengan jarak tiga jam.

Tepian sungai Bolotok itu merupakan sumber kehidupan bagi Suku Bolotok. Namun malang, karena beberapa rumah Suku Bolotok sering kebanjiran ketika air Sungai meluap, akhirnya mereka berinisiatif mencari daerah strategis yang bebas dari banjir.

Kesepakatan pun diambil oleh Suku Bolotok untuk mencari daerah bebas banjir. Akhirnya suatu pemukiman ditemukan yang posisinya masih berdekatan dengan aliran sungai, namun bebas dari banjir.

Selama empat tahun bermukim dengan membentuk satu kampung (dusun), mereka pun mendeklarasikan bahwa nama suku dan dusunnya Bolotok. Nama Bolotok diambil dari nama sungai itu sendiri yang selama bertahun-tahun memberikan kehidupan bagi mereka sampai keanak cucu.

Mendengar adanya keberadaan Dusun baru yang bernama Bolotok yang dihuni sekitar 50 Kepala Keluarga, akhirnya Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet dan Camat Siberut Barat Daya, Yanpiter Simatupang meresmikan Dusun Bolotok.

Dalam peresmian tersebut, Yudas Sabaggalet menyampaikan, agar dusun yang mereka tinggali dijaga meski letaknya jauh di tengah hutan. Sebab yang menjadi jaminan keberadaan dusun itu sediri orang yang mendiami (menempati-red).

"Meresmikan dusun itu gampang. Membuat dusun itu mudah, namun yang susah adalah menjaga, mempertahankan dan melestarikan. Untuk itu, harapan saya semua warga Dusun Bolotok agar hidup damai dan menjaga keberadaan Dusun Bolotok," pesan Yudas.

Namun pada persmiannya, nama Dusun Bolotok ditambah dengan awalan "Tupang". Kini dusun terpencil itu bernama Tupang Bolotok. Kata "Tupang" diambil dari nama seorang marga camat Siberut Barat Daya, yaitu Yanpiter Simatupang yang juga putra Tapanuli. Artinya, bahwa Dusun Tupang Bolotok diresmikan di bawah pimpinan seorang Camat Siberut Barat Daya, yaitu Yanpiter Simatupang. (*)

Minggu, 14 Juni 2009


Wakil Bupati Kaupaten Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet dan Istri